Dokumentasi: Dwik 28/3
Pada saat pawai ogoh- ogoh 28/03 Tahun Baru Caka 1947, pemuda dan pemudi di desa seraya pagesangan mengambil tema Cupak Dadi Raja. Tema ini melambangkan unsur atau bentuk negative dari sifat lobha atau tamak.
Menurut cerita rakyat Cupak adalah seorang rakyat yang berasal dari Desa Kediri . Cupak terkenal akan karakternya yang serakah dan licik. Cupak melambangkan hal yang berkaitan pada sifat tamas atau keburukan , namun sebenarnya Cupak memiliki kesaktian yang luar biasa dan ia merupakan anak dari Dewa Brahma.
Cupak di anugrahkan menjadi seorang raja di Desa Kediri, dikarenakan kelicikannya dalam memenangkan sayembara yang diadakan oleh raja dari puri Kediri, yakni ”barang siapa yang dapat menyelamatkan putrinya yang telah diculik oleh raksasa jahat, maka ia akan ditunjuk sebagai raja di Puri Kediri”. Sang raja yang tidak mengetahui tipu daya cupak, langsung menunjuk cupak sebagai seorang raja.
Selama menjabat sebagai raja ,Cupak memanfaatkan keadaan untuk memenuhi sifat Lobha atau tamak yang ia miliki. Setiap harinya ia meminta agar seluruh rakyat desa menyediakan makanan yang berlimpah dan harus mempersembahkan babi guling untuk ia santap.
Menurut Gede Arya salah satu pemuda yang ikut serta dalam pembuatan ogoh ogoh di Seraya Pagesangan,” Tema Cupak Dadi Raja di buat sebagai unsur atau bentuk negatif lobha atau tamak, serakah, dan licik. Dijaman kaliyuga ini banyak manusia yang memiliki sifat rakus, dan bahkan rela melakukan segala upaya demi memproleh kekuasaan. Ujarnya”
Dari Tema Cupak Dadi Raja dapat pembelajaran bahwa manusia memiliki dan diselimuti oleh hawa nafsu, oleh sifat serakah, licik, yang dapat membutakan mata, hati, dan pikiran manusia.
Jurnalis: I Kadek Dwi Mahendra Yogandhi
Editor: Restu Astara Putra
Redaktur: I Gede Merakih Pratama Yasa