MAKNA OGOH-OGOH  JENGAH


sumber: Sinta, 26 Maret 2025

Pada saat pengerupukan tanggal 28 maret 2025  ratusan ogoh-ogoh diarak di jalana pejanggik,cakra negara kota mataram. Salah satunya ogoh-ogoh yang bertema “jengah” yang dibuat oleh semeton anything, karang manggis.

Ogoh-ogoh bertema jengah didalam bahasa sansekerta artinya memiliki rasa risih yang diakibatkan oleh kesalahan kita sendiri yang membuat jengah. Entah itu dalam katergori perbuatan maupun perkataan apabila kita tidak menggunakan pikiran kita maka bayu sabda idep kita dipergunakan dengan baik sehingga kesalahan itu akan muncul, dan membuat kita merasa jengah.

Ogoh-ogoh jengah memiliki watak atau karakter, didalam penciptaannya ogoh-ogoh ini di wujudkan seperti raksasa yang sedang jongkok dan membawa kris yang tidak dikeluarkan dari tempatnya/saungnya. Dimana raksasa ini sudah berfikir bahwa dengan kesalahan-kesalahanya yang terdahulu dan perbuatan-perbuatanya yang membuat dia merasa jengah, sehingga dia akan berubah untuk ke arah yang lebih baik. Jadi ogoh-ogoh ini memperlihatkan sedang berdiam diri jongkok tanpa ada ekspresi yang menarik, hanya jongkok dan memegang kris untuk merenungkan diri.

Proses pembuatan ogoh-ogoh jengah dimulai dari bulan februari sekitaran 1 bulan lebih. Didalam pembuatan ogoh-ogoh ini tentunya sifat-sifat buruk itu yang akan ditonjolkan tetapi, bukan untuk di contoh melainkan nanti sifat-sifat buruk itu akan dihilangkan dalam menyambut hari raya suci nyepi. Agar nanti ditahun selanjutnya tidak ada lagi sifat-sifat yang membuat diri kita merasa jengah.

Dalam proses pembuatan ogoh-ogoh jengah ini juga terdapat kendala didalam pengerjaan nya, pak dewa putu budayasa  mengatakan.

“didalam pengerjaannya terutama muda-mudi disini masih ada yang sekolah dan bekerja jadi kendalanya hanya mengatur waktunya agar sekolahnya bisa berjalan, pekerjaannya juga bisa jalan,dan juga cuaca yang sangat tidak menentu tiba-tiba panas,langsung turun hujan itu juga memperlambat proses pengerjaannya” ujarnya .

Dengan mengangkat tema “jengah” ogoh-ogoh ini memberikan pesan moral yang mengunggah, bahwa saatnya kita berhenti diam, bersikap jengah terhadap keburukan, dan mulai berubah. Perayaan ini bukan hanya bentuk ritual, tetapi juga ajakan untuk memrefleksikan diri dan menjalani hidup dengan kesadaran, kedamaian,dan kesimbangan.

Jurnalis :Sinta Dianawati

Editor :Ni Wayan Eka Setiawati

Redaktur: Ida ayu Nyoman Diah Wulandari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kembali ke Atas