
Sumber : Nyoman Rania, 28 Maret 2025
Mataram, NTB – Di tengah semaraknya perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1947, Ogoh-ogoh STT Purnama Dharma (STTPD) Sweta menarik perhatian dengan filosofi yang unik dan sarat makna.
Karya yang diberi judul Bedawang Pemelastali Awidia ini berbeda dari ogoh-ogoh pada umumnya. Ogoh-ogoh ini menyoroti peperangan antara Dewa Wisnu dan Watugunung atas kesaktian yang diberikan oleh Dewa Brahma.
I Putu Suardika (S.Dika_Art), selaku arsitek ogoh-ogoh, menuturkan bahwa ’’kisah ini menceritakan tentang Sang Watugunung yang sangat sakti mandraguna dan mendapat anugerah dari Dewa Brahma. Ia mampu mengalahkan dan menguasai 29 kerajaan (dari Sinta hingga Dukut). Perang tanding pun tidak terelakkan dengan Dewa Wisnu, yang kesaktiannya ingin dipersunting oleh Sang Watugunung atas desakan Dewi Sinta sebagai istri pampasan perangnya. Akhirnya, Sang Watugunung dapat dikalahkan oleh Dewa Wisnu dalam awatara-nya yang berwujud Kurma (sejenis penyu), atas bantuan pesan rahasia dari Bhagawan Lumanglang. “Kekalahan Sang Watugunung yang badannya jatuh ke bumi bertepatan pada hari Redite Kliwon Watugunung, yang kebetulan saat itu juga bertepatan dengan hari pasaran Kajeng, sehingga dikenal dengan sebutan Kajeng Kliwon Pamelas Tali, Watugunung Runtuh,” ujar I Putu Suardika.
Ogoh-ogoh ini memakan biaya sekitar Rp13 juta, Dewa Wisnu memiliki karakter protagonis, Bedawang (penyu) juga protagonis, sedangkan Watugunung merupakan antagonis, Proses nuasen dimulai dari tanggal 28 November 2024 hingga selesai total pada 23 Maret 2025,Ogoh-ogoh ini menggunakan bahan-bahan alami, yaitu terdiri dari koran, plaster kertas, kertas casing/coklat/samson, kulit nanas, tali alami, bambu tali, clay, plamir, dan lain-lain ’’tambah I Putu Suardika.
Ogoh-ogoh karya STT Purnama Dharma ini mampu mengemas cerita dengan menarik dan penuh makna. Selain itu, karya ini menjadi bukti bahwa para pemuda di Lombok terus menuangkan ide dan berkreasi demi menjaga kelestarian tradisi budaya.
Jurnalis : Ni Nyoman Sri Rania Tungga Dewi
Editor : Ni Nyoman Dina Lestari
Redaktur : I Gede Suryanata