Sumber – I Gede Merakih Pratama Yasa
Pada saat pawai ogoh-ogoh 28/3 Tahun Baru Caka 1947, pemuda di desa Karang Lamper mengambil tema ogoh-ogoh Dewa Siwa yaitu kala Trilokana. Konsep Trilokana sendiri merujuk pada tiga dunia atau alam semesta dalam Kosmologi Hindu.
Trilokana terdiri dari tiga dunia yaitu Swargaloka (Surga) Alam para Dewa dan makhluk suci, Bhurloka (Bumi) Alam manusia dan makhluk hidup lainnya, Pataloka (Dunia Bawah) Alam para Asura dan makhluk-makhluk lainnya. Dalam konteks Trilokana Dewa Siwa berperan dalam mengakhiri suatu siklus alam semesta (Pralaya), mempersiapkan kondisi untuk penciptaan alam yang baru.
Menurut Chandra Dika salah satu pemuda Desa Karang Lamper Dalam Trimurti Hindu, Dewa Siwa dianggap sebagai dewa tertinggi yang menjalankan tiga fungsi utama: sebagai Brahma (pencipta), Wisnu (pemelihara), dan Siwa (pembinasa). Penggambaran Siwa dengan tiga kepala dalam satu tubuh, dikenal sebagai Arca Siwa Trisirah. Siwa Trilokana mencerminkan pandangan kosmologis Hindu yang menempatkan Dewa Siwa sebagai pusat dari tiga alam semesta, masing-masing dengan peran dan fungsinya ujarnya 28/3.
Dalam konteks Trilokana, manusia yang hidup di Bhurloka, diajarkan untuk selalu menjaga keseimbangan antara dirinya dengan alam sekitar.
jurnalis: I Gede Merakih Pratama Yasa
editor: I Kadek Dwi Mahendra Yogandi
redaktor: Restu Astara Putra