Kumbakarna Hidup Kembali dalam Ogoh-Ogoh, Tradisi Unik yang Menghiasi Hari Raya Nyepi

Sumber: Dayu Mayoni, 28/3/2025

Mataram – Perayaan Nyepi, hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Tahun baru tersebut jatuh pada hitungan Tilem Kesanga yang biasa terjadi di bulan Maret atau April di setiap tahunnya. Bukan hanya Bali, masyarakat Hindu Lombok juga ikut merayakan tradisi ini. Ogoh-ogoh kembali menghiasi jalan dengan meriah. Banyak orang yang menantikan pembuatan ogoh-ogoh, patung besar yang dibuat untuk mengusir roh-roh jahat dan membawa kedamaian dan keselamatan bagi masyarakat. Di antara berbagai ogoh-ogoh yang dibuat, ada satu yang sangat menarik perhatian, yaitu ogoh-ogoh Kumbakarna. Tokoh mitologi Hindu ini hidup kembali dalam bentuk patung besar yang unik dan mengagumkan. Hidup kembali tidak berarti bahwa Kumbakarna benar-benar hidup kembali, tetapi lebih sebagai metafora bahwa tokoh tersebut dihidupkan kembali dalam bentuk seni dan budaya, yaitu ogoh-ogoh.

Salah satu daerah di Mataram, Khususnya di Kel. Pagesangan terdapat ogoh-ogoh bertema “Kumbakarna”. Bapak Ida Nyoman Wisarja sebagai Ketua Generasi Muda Pagesangan (Gempa) mengungkapkan, “Kami Generasi Muda Pagesangan mengambil tema KUMBAKARNA karena terinspirasi dari kisah tokoh dalam mitologi Agama Hindu, yaitu Kumbakarna, saudara kandung Rahwana, raja raksasa dari kerajaan Alengka dalam wiracarita ‘Ramayana.’”

Kumbakarna, dalam bahasa Sanskerta, memiliki arti “bertelinga kendi”. Beliau merupakan putra dari Resi Wisrawa dan Sukesi (Kaikesi), serta saudara kandung dari Wibisana dan SurpanakaKumbakarna dikenal sebagai perwira pembela tanah tumpah darahnya, karena beliau membela Alengka untuk kepentingan seluruh rakyatnya, bukan hanya untuk kepentingan Rahwana. Dengan demikian, perayaan Nyepi dan pembuatan ogoh-ogoh Kumbakarna di Mataram, khususnya di Kel. Pagesangan, dapat menjadi sarana untuk memperingati dan menghormati nilai-nilai budaya dan spiritual umat Hindu, serta melestarikan tradisi dan kesenian yang unik dan menarik.

Kumbakarna menerima anugerah dari Dewa Brahma saat beliau dan Rahwana melaksanakan tapa. Namun, Kumbakarna akhirnya mengucapkan permohonan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan, yaitu Nindrasan (tidur abadi) karena intervensi Dewi Saraswati. Dewa Brahma kemudian mengucapkan agar Kumbakarna tertidur selama 6 bulan tanpa terbangun, dan Kumbakarna tidak akan mampu mengerahkan seluruh kekuatannya.

Jurnalis: Ida Ayu Suci Mayoni Kirana
Editor : Ni Made Santani Dewi
Redaktur: Ni Nyoman Dina Lestari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kembali ke Atas