Sumber: Ayu Karini, 28/03/2025
Tahun ini hari raya Nyepi jatuh pada tanggal 29 Maret 2025, sehingga perayaan festival ogoh- ogoh di kota Mataram dilaksankan pada tanggal 28 Maret 2025 yang berlokasi di sepanjang jalan Pejanggik.
Melalui pawai ogoh-ogoh yang diikuti oleh 114 ogoh-ogoh, yang merupakan hasil karya dari berbagai kelompok masyarakat Hindu yang berada di pulau Lombok.
Ogoh-ogoh Taksu dalem sidakarya dari STT Dharma Gita Wijaya Kusuma dari banjar Pagutan Bukit Ngandang memiliki makna, serta karakternya tersendiri yang cukup menarik perhatian.
Ujar dari ketua STT Dharma Gita Wijaya Kusuma yang bernama “ I Gede Swarjaya ogoh-ogoh taksu dalem sidakarya melambangkan kukuatan buruk, ketidakmurnian yang dapat mempengaruhi manusia, yang memvisualisasikan sifat-sifat negatif dalam diri manusia”. Ogoh-Ogoh Taksu Dalem Sidakarya adalah salah satu bentuk seni dan budaya umat Hindu yang memadukan antara kepercayaan spritual dan pertunjukan visual, Ogoh-ogoh sendiri terbuat dari bahan ringan seperti bambu, kertas, dan kain, yang dibuat dengan desain yang sangat mencolok, ogoh-ogoh umumnya menggambarkan roh jahat atau karakter sepritual
tertentu, yang memiliki fungsi sebagai simbol dari kejahatan, energi negatif atau roh jahat yang harus disingkirkan.
“ Ujar dari salah satu anggota STT Dharma Gita Wijaya kusuma, Ogoh-ogoh taksu dalem sidakarya memiliki makna simbolik sebagai representasi dari negatifitas atau kekuatan jahat yang harus dihancurkan, dan juga karakter dari ogoh-ogoh taksu dalam sidakarya antara lain,
topeng warna putih melambangkan bahwa dalem sidakarya adalah orang yang suci. Topeng mata sipit disimbolkan sebagai rasa mawas diri ( Introspeksi diri) dan menperhatikan keadaan sekitar. Topeng gigi tonggos tampak lebih seram dan menakutkan akan tetapi topeng gigi tonggos ini merupakan simbol kesederhanaan, topeng setengah wajah manusia dan setengah demanik (Keraksasan) ini simbol dari Rwa Bhineda. kedua karakter tersebut diseimbangkan agar sifat keraksasaan dapat diubah menjadi sifat manusia. Dan rambut panjang sebagai simbol tidak terikat sementara warna rambut yang putih melambangkan kesucian”
Ogoh-ogoh taksu dalam sidakarya juga mengajarkan manusia untuk memurnikan sifat bhuta kala dalam diri, memahami pentingnya keberlanjutan serta menjauhi perilaku merusak lingkungan dan membersihkan alam semesta dari kekacauan dan kejahatan.
Jurnalis: Gusti ayu made karini
Editor : I Gede suryanata
Redaktur: Dewa gede wira dharma