
Hari Raya Nyepi adalah Hari Penyucian diri manusia dan alam. Hari Raya Nyepi merupakan perayaan atas tahun baru Caka dan kalender Caka yang digunakan umat Hindu sebagai acuan penanggalan. Melalui Hari Raya Nyepi umat Hindu khususnya di Lombok – Kota Mataram menggelar acara. Pada saat Hari Nyepi ada serangkaian upacara adat seperti, Pengerupukan, Catur Brata Penyepian dan Ngembak Geni.
Pengerupukan disini juga termasuk dalam serangkaian Hari Raya Nyepi, Pengerupukan dikatakan sebagai dimana hari untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Pengerupukan merupakan salah satu tahapan pelaksanaan Hari Nyepi yang mempunyai makna, mengusir Bhuta Kala yang ada di lingkungan rumah, pekarangan dan sekitar. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala adalah kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala). Pelaksanaan Pengerupukan ditandai dengan adanya Pawai Ogoh – Ogoh, Perang Bobok dan Mecaru untuk kenyamanan pada saat merayakan Hari Raya Nyepi. Ogoh – ogoh adalah patung Raksaka atau untuk menggambarkan Bhuta Kala yang di buat dan di arak oleh umat Hindu sebagai bagian dari Perayaan Hari Raya Nyepi dengan makna kekuatan jahat atau negative yang harus disingkirkan dari kehidupan. Pada saat pawai Ogoh – ogoh berlangsung adanya toleransi masyarakat Non Hindu untuk menghormati dan memaklumi pawai Ogoh – ogoh sebagai symbol menyambut Hari Raya Nyepi. Adapun Perang Bobok adalah ritual pembakaran obor yang dilakukan menjelang Hari Raya Nyepi. Ritual ini bertujuan untuk mengusir roh – roh jahat sebelum memasuki Hari Raya Nyepi. Perang Bobok biasanya dilakukan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi, dimana warga membawa obor – obor yang terbuat dari pelepah kelapa kering dan saling melemparkannya. Ritual ini biasanya diyakini dapat membersihkan Desa dari segala gangguan roh jahat dan memberikan ketenangan serta keselamatan bagi warga pada saat merayakan Hari Raya Nyepi. Rangkaian terakhir adalah Mecaru, Mecaru dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi sebagai bentuk penyucian atas berbagai unsur jahat dalam diri, dimana Mecaru menyalakan api dengan pelepah pisang, nasi caru, tirta dan membunyikan bunyi – bunyian mengelilingi pekarangan rumah. Seperti yang dikatakn oleh salah satu guru, yaitu Luh Made Ita Purwani, S.Pd, Pengerupukan adalah salah satu tradisi yang dilakukan menjelang perayaan Hari Raya Nyepi dengan tujuan pembersihan atau penyucian diri dan lingkungan menjelang Hari Raya Nyepi. Pengerupukan dilakukan pada malam sebelum Hari Raya Nyepi dengan membawa berbagai property sebagai Ogoh – Ogoh, pentongan dan alat – alat yang membuat kebisingan atau kegaduhan. Pada saat Penyambutan Hari Raya Nyepi terdapat koordinasi yang baik dari Pemerintah, Tokoh Agama dan Masyarakat Hindu dan Non Hindu.
Prodi : Ilmu Komunikasi Hindu (IV/B)
Penulis :
Ni Luh Gede Mona Agustini (22072110007)
I Nyoman Satria Wedana (22072110035)
Editor :
Luh Sulasti Ningsih (22072110005)
Ni Putu Eka Putri Suryantini (22072110027)
Penyunting :
Ida Ayu Noviani (22072110040)
I Gede Saka Raditya Candra (22072110002)
Redaktur :
Ida Bagus Wira Atmaja (22072110043)
Ni Made Diantari (22072110013)