PERANG API PENOLAK BALA DI CAKRANEGARA DALAM RANGKA MENYAMBUT HARI RAYA NYEPI TAHUN BARU CAKA 1947

Sumber: Dewa Ayu (28/03/2025)

Mataram, 28 Maret 2025, menjelang matahari terbenam Perang api atau disebut juga perang bobok adalah tradisi yang rutin dilaksanakan dalam rangka menyambut hari raya Nyepi di Lombok, Tradisi ini dilaksanakan oleh dua kelompok masyarakat antara negarasakah dan sweta.

Biasanya, perang api dilaksanakan saat sore hari atau setelah pawai ogoh-ogoh. perang api dilakukan dengan caramembawa bobok atau senjata yang terbuat dari daun kelapa.

Bobok ini kemudian dibakar dan kedua kubu saling menyerang. Tentunya, bobok yang dibakar ini dapat menimbulkan luka bakar dan mamar akan tetapi tidak menimbulkan perkelahian antara dua kelompok tersebut karna pada saling memahami bahwa perang api tersebut sebagai simbol penolak bala untuk dua kelompok masyarakat tersebut, setelah acara usai pun, kedua kubu tidaklah menyimpan dendam karena perang hanya dilakukan sebagai ritual turun-temurun.

Makna Perang Api menjelang Nyepi menjadi momentum yang memiliki arti khusus selain sebagai penolak bala. Saat Nyepi, umat Hindu biasanya melaksanakan Catur Brata Penyepian.Di mana, terdiri dari amati geni (tidak boleh menghidupkan api, lampu, dan semacamnya), amati karya (tidak boleh bekerja), amati lelungan (tidak boleh bepergian), dan amati lelanguan (tidak boleh bersenang-senang).Catur Brata Penyepian ini harus dilakukan dengan hati bersih, tulus, dan ikhlas.

Pelaksanaan perang api sehari sebelum Nyepi menandai bahwa tradisi ini sebagai bentuk pembersihan diri dari unsur-unsur jahat dan malapetaka sebelum dilaksanakannya tapa brata.Maka dari itu perang api tidak boleh dilakukan secara sembarangan, yang ingin berpartisipasi dalam perang api harus menyiapkan diri dengan baik secara fisik maupun mental serta keberanian untuk berperang dengan api tanpa ada unsur kekerasan.

Dalam perang api tersebut, yang ikut berpartisipasi tidak boleh ada niat buruk dari setiap individu. Misalnya, menyerang lawan saat berperang karena memiliki dendam dengan orang tersebut apa lagi menggunakan benda yang berpotensi menimbulkan konflik maka hal tersebut tidak di bolehkan karena sebagai simbolisasi dari perayaan ini adalah mengusir hal-hal buruk yang dapat menjadi malapetaka. Sehingga, seluruh rangkaian acara harus dilaksanakan dengan niat baik dan hati bersih dalam menyambut hari raya Nyepi tahun baru caka 1947.

Jurnalis : I Dewa Ayu Krisnanda

Editor : Ngurah Kadek Ary Agung

Redaktur : Ni Putu Tiara Liyuni Bajaswari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kembali ke Atas