SALAH SATU OGOH – OGOH LOMBOK MENCERMINKAN NILAI KEHIDUPAN

Sumber:Dina Lestari 28/03/25

Mataram – Sebanyak 114 ogoh-ogoh memeriahkan pawai jelang Nyepi 2025 di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pawai ogoh-ogoh merupakan arak-arakan yang rutin dilakukan setiap jelang Nyepi.

Setiap Desa sangat berantusias dalam mengikuti parade ogoh-ogoh 

salah satunya dari stt satyabhaskara yang merupakan banjar dari kr blumbang & kr bengkel . Muda mudi disana menjelaskan makna tema “NASAH VYOMASURA” yaitu kesombongan dan keangkuhan dapat membuat manusia terjebak dalam belengu kehidupan . 

Siapakah Vyomasura? Vyomasura adalah seorang raja KasipuriBenares dan disebut Bhimarath. Dia adalah pemuja dewa Wisnu yang taat. Dan setelah beberapa waktu ia menyerahkan tahtanya kepada putranya sebagai raja pengganti, dan dia pergi ke gunung Malaya untuk bertapa dan mendalami ilmu spiritualnya. Setelah beberapa lama beliau kemudian di datangi oleh seorang Rsi yakni Rsi Pulasthya, anak dari Dewa Brahma berkenan untuk mendatangi Bhimarath. Pada saat itu beliau sudah diselimuti oleh kesombongan dan keangkuhan didalam Sad Ripu disebutkan sebagai (Mada), meskipun mereka berdua sama sama seorang Rsi nampaknya Bhimarath lupa bahwa dirinya adalah seorang Rajab rsi sedangan RsiPulasthya adalah DewaRsi. Bhimarath tidak menghormati dari kedatangan Rsi PulasthyaRsi Pulasthya Berkata “Seorang Brahmana mestinya tahu etika dan tidak merasa paling besar seperti seorang Asura”, Bhimarath akhirnya sadar atas keangkuhannya selama ini, dan ia segera memohon pengampunan pada Rsi Pulasthya, namun Rsi Pulasthya  menjawab “Memang jalan ini harus dilalui, merasakan hidup menjadi seorang Asura, sehingga hilang rasa keangkuhan merasa paling suci sampai akhirnya pada zaman Dwapara Yuga, dan Krisna yang akan membebaskannya. Pertemuan dengan Vasudewa Krisna merupakan berkah yang luar biasa” .

Bhimarath akhirnya terlahir kembali dari istri Mayasura sebagai Vyomasuraasura kelelawar. Pertumbuhan yang begitu pesat, sehingga pada suatu ketika Vyomasura pergi ke puncak Gunung Trikuta, setalah merasa tak ada lawan bertarung sebanding ia memutuskan untuk beristirahat disana, dan kebetulan pada saat itu Raja Kamsa melewati tempat tersebut. Melihat Vyomasura tertidur pulas, Raja Kamsa menendangnya hingga Vyomasura terbangun dari tidurnya, dan pertarungan pun terjadi sangat sengit, namun pada akhirnya Vyomasura mengakui kelebihan Raja Kamsa lalu ia pun menyerah, setelah itu Vyomasura siap untuk menabdikan dirinya pada Raja Kamsa.

Hal yang dapat kita petik dari cerita diatas adalah janganlah menganggap diri paling sempurna sebab ada pepatah mengatakan “Diatas langit masih ada langit pula” hilangkan lah sifat sifat mada pada diri kita karena sifat tersebut sangat berpengaruh terhadap prilaku kita yang menyebabkan kita menjadi sombong dan angkuh.

Jurnalis: Nyoman Dina Lestari

Editor : Ni Nyoman Rania Tungga Dewi

Redaktur : Gusti Ayu Made Karini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kembali ke Atas